Jumat, 10 Juni 2011

"Panganten Mandai" Adat Dayak Ngaju

PROSESI ADAT DI LUAR RUMAH
  1. Rombongan Calon Pengantin Pria (CPP) didampingi oleh kedua orang tua beserta seluruh keluarga tiba di rumah Calon Pengantin Wanita (CPW).
  2. Membuka Lawang Sakepeng dengan permainan Manca (Pencak Silat); Pemain pencak silat dari kedua belah pihak mulai bermain pencak silat, diiringi musik gandang garantung. Lawang Sakepeng adalah sebutan untuk Pintu Gerbang yang terbuat dari benang (lawai) yang dibentangkan beberapa helai dan diberi untaian bunga-bunga segar yang harum. Untuk memutuskan tali yang merintangi jalan masuk CPP beserta keluarga, maka disiapkan para pemain pencak silat dari kedua belah pihak. Mereka akan saling berhadapan untuk bertarung memutuskan tali pantan lawai, dengan diiringi musik tradisional hingga seluruh tali perintang putus. Jika tali perintang sudah tidak ada lagi, maka CPP beserta keluarga diperkenankan masuk ke dalam rumah CPW dan disambut dengan 'lahap' (teriakan khas suku Dayak Ngaju) sebanyak tiga (3) kali dengan meriah.
  3. CPP dan keluarga besar dipersilahkan masuk ke dalam rumah CPW dengan disambut 'Tarian Kahanjak Manambang Dumah'. Tarian ini menggambarkan rasa sukacita menyambut tamu yang dihormati.
  4. Mananjung Tatean Garantung; Maknanya adalah suatu penghormatan, dengan harapan agar CPP dapat membawa kehidupan rumah tangganya semakin tinggi dan dikenal di mata keluarga dan masyarakat.
  5. Penyambutan oleh keluarga CPW dengan tabur bunga dan menginjak telor. Tabur bunga adalah tanda sukacita dari keluarga besar CPW menyambut kedatangan CPP dan keluarga besarnya. Diharapkan kehidupannya akan penuh dengan rejeki dan kelimpahan, harum semerbak seperti bunga yang ditaburkan dan murah rejeki seperti uang logam yang ditaburkan. Menginjak telor adalah tanda untuk mengingatkan CPP mengenai statusnya sekarang, yang sudah mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
PROSESI ADAT DI DALAM RUMAH

CPP dipersilahkan menempati Pelaminan Adat yang sudah disiapkan. 

Orang tua dan keluarga besar CPP yang membawa barang hantaran untuk pemenuhan Jalan Adat dipersilahkan duduk berhadapan dengan orang tua dan keluarga besar CPW.

Keluarga CPW mambirang amak (membentangkan tikar) untuk dilaksanakannya acara haluang (dialog).
 

Haluang (dialog)
  1. Kata pembuka dari MC
  2. Sambutan selamat datang yang disampaikan perwakilan keluarga besar CPW.
  3. Kata pembuka oleh Mantir Adat dari pihak CPW.
  4. Kata perkenalan dari masing-masing pihak, didahului oleh keluarga CPP lalu dilanjutkan oleh keluarga CPW.
  5. Acara haluang (dialog) dipandu oleh Mantir Adat; 
  6. (....istirahat dulu)

jh

Kamis, 09 Juni 2011

Percakapan Sehari-hari dengan Bahasa Dayak Ngaju

Jika ingin menanyakan kabar,
Apa kabar: narai kabar
       Narai: apa
       Kabar: kabar

Dijawab:
      "Bahalap ih."
Artinya:
bahalap: baik, bagus


Ka': singkatan dari Kakak, untuk orang yang dituakan namun sebaya.
Ding: singkatan dari Ading, untuk yang lebih muda.
Ma': singkatan dari Mama, untuk paman atau om.
Na': singkatan dari Mina, untuk bibi atau tante.
Mbi': singkatan dari Tambi, untuk nenek.
Bue: untuk kakek.
Ken': singkatan dari Aken, untuk keponakan.
Wal: singkatan dari Kawal, untuk orang yang usianya sebaya dan akrab
 
Siapa namamu: eweh aram
      Eweh: siapa
      Aram: namamu 

Dari mana: bara kueh
  Bara: dari
     kueh: mana

Berapa bersaudara : pire pahari
pire: berapa
pahari: saudara
kalambutan: sekandung

Silahkan: takan
takan: silahkan

Salaman, berjabat tangan: tabe
tabe: salaman, berjabat tangan, memberi salam

Selamat pagi: salamat hanjewu
Selamat siang: salamat bentuk andau
Selamat sore: salamat halemei
Selamat malam: salamat hamalem

Pagi: hanjewu
Siang: handau, bentuk andau
Sore: halemei
Malam: hamalem


Dingin: sadingen
Panas: balasut


Lapar: balau
Haus: teah belai


Makan: kuman
Minum: mihop

Air: danum
Nasi: bari
Beras: behas
Ikan: lauk
Babi: bawoi
Anjing: aso
Ayam: manok
Telur: tanteluh
Bagian perut: kanai
Masakan sayuran: juhu
Masakan ikan dengan bumbu kuning seperti pindang: tanak
Labu: bajawa
Daun: dawen
Daun pakis: kalakai


Tangan: lenge
Jari: tunjuk
Kaki: pai
Perut: kanai
Paha: sapak
Betis: buntis
Bahu: hunjun baha




Kurus: paringkong
Gemuk: baseput
*untuk hewan yang mengandung banyak lemak disebut menyak.


Pahias: rajin, mau
Kadian: pemalas, tumpul (untuk pisau dan benda tajam lainnya)
Purun: tega
Bukih: pelit
Tatau: kaya
Are duit: banyak uang
Laku: minta


Takut: mikeh
Ditakut-takuti: pikeh
Malu: mahamen
Merajuk/ngambek: manyalu
Marah: sangit
Sedih: pehe atei


Masuk: tame
Keluar: balua

Bertamu: maja
Mendatangi: mangguang
Mengantarkan: magah



Di Kalimantan Tengah, terutama rumpun Dayak Ngaju jika ingin menerangkan posisi sebuah tempat menggunakan patokan tepian sungai karena pada jaman dahulu, sungai adalah nadi kehidupan semua mahluk hidup.
Murik: bepergian ke daerah atas-hulu sungai
Masuh: bepergian ke daerah bawah-hilir sungai
Ngaju: daerah hulu sungai
Ngawa: daerah hilir sungai
Ngambu: daerah atas-menjauh dari tepian sungai
Ngiwa: daerah bawah-mendekat ke tepian sungai


Jalan: mananjung
Lari: hadari
Tidur: tiroh
Berbaring: menter
Sakit: haban
Terluka: bahimang
Rasa sakit: pehe


Sembunyikan: nyahukan
Menyembunyikan: manyahukan


Satu (1): ije
Dua (2): due
Tiga (3): telu
Empat (4): epat
Lima (5): lime
Enam (6): jahawen
Tujuh (7): uju
Delapan (8): hanya
Sembilan (9): tien
Sepuluh (10): sapuluh
Seratus (100): saratus
Seribu (1000): sakuyan




Catatan: tolong kritik dan sarannya jika ada yang keliru. Terima kasih.


Silahkan masuk: palus wei
 palus: silahkan masuk
  wei: singkatan dari bewei, artinya saja 

Rabu, 08 Juni 2011

Pepatah Dayak Ngaju

"Buju-bujur ikoh aso"  (Lurus selurus ekor anjing)
Artinya: 
Tampayah ih bahalap padahal pananjaru = Nampaknya baik, tapi nyatanya pembohong. 

Buju-bujur: lurus selurus.
Ikoh: ekor.
Aso (asu): anjing
Tampayah: kelihatannya, nampaknya.
Bahalap: baik, bagus.
Padahal: nyatanya.

"Bisa bulue dia belange" (Basah bulunya tidak belangnya)
Rimae (artinya): 
Taloh gawi je dia mandinun hasil (Pekerjaan yang tidak mendatangkan 
penghasilan)

Bisa: basah.
bulue: bulunya.
dia: tidak.
belange: belangnya.
taloh: apapun
gawi: pekerjaan
je: yang
dia: tidak
mandinun: mendapatkan, mendatangkan


"Baka-bakas bua rangas" (tua-tua buah rangas)
Rimae (artinya): Oloh jadi bakas baya gawie kilau anak tabela
(Walau pun sudah tua, tapi kelakuannya seperti anak muda).

baka-bakas: tua-tua
bua: buah
rangas: rengas, jika terkena getahnya kulit melepuh
oloh: orang
jadi: sudah
bakas: tua
baya: tapi
gawie: kerjanya, kelakuannya
kilau: seperti
anak: anak
tabela: muda


"Karas nyaho jaton ujan" (Deras petir tanpa hujan)
Rimae (artinyanya):Are pander jatun katotoe (besar mulut tanpa bukti).

karas: keras
nyaho: petir
jaton: tidak ada, tanpa
ujan: hujan
are: banyak
pander: bicara
jatun: tidak ada
katotoe: kesungguhannya, buktinya

"Kalah batang awi sampange" (Kalah sungai karena anak sungainya)
Rimae (artinya): Nihau tintu je solake tagal panggawi rahian
(Hilang arah semula karena ulah yang kemudian).

kalah: kalah
awi: karena
nihau: hilang
tintu: arah
je: yang
solake: mulanya, semula
tagal: karena
panggawi: ulah, perbuatan
rahian: kemudian

"Dia tau pisang handue mamua" (Pisang tak bisa berbuah dua kali).
Rimae (artinya): Kabakas tuntang kagancang dia tau haluli akan tampara
(Kedewasaan dan kekuatan tak bisa kembali ke awal).

dia: tidak
tau: bisa
pisang: maksudnya di sini adalah pohon pisang
handue: dua kali
mamua: berbuah
kabakas: kedewasaan
tuntang: dan juga
kagancang: kekuatan
haluli: kembali
akan: ke
tampara: awal mulanya

"Tingang manganderang into bitie" (Burung tingang/rangkong menabuh di badannya)
Rimae (artinya):Tamam pander baya jaton gawie (Hebat omong saja, 
tapi tidak bekerja).

Tingang: burung tingang, rangkong
manganderang: menggema, menabuh
into: di 
bitie: badannya
tamam: hebat, berlebihan, bergaya, sombong
pander: bicara
baya: hanya saja
jaton: tidak ada
gawie: pekerjaannya


"Ampit manak tingang" (Pipit beranak enggang).
Rimae (artinya): Oloh je tau manggatang tarung oloh bakase.
(Seseorang yang bisa mengangkat martabat orangtua). 

Ampit: burung gereja/pipit/emprit
manak: beranak
tingang: burung tingang/rangkong
Oloh: orang
je: yang
tau: bisa
manggatang: mengangkat
tarung: martabat
oloh bakase: orang tuanya (bapak-ibunya)

Berbagai perangai manusia di dalam pepatah dan ungkapan:
Aku raja, aku tamanggung, aku damang (Saya raja, saya temenggung saya damang).
Rimae (artinya):Dia maku marandah arep awi keme arepe oloh hai.
(Tidak mau rendahhati karena merasa dirinya orang besar) 

Aku: aku, saya
raja: raja
tamanggung: temenggung
damang: tetua adat
dia: tidak
maku: mau
marandah: merendah
arep: diri sendiri
awi: karena
keme: merasa
arepe: dirinya
oloh: orang 
hai: besar

Duan kulate ilihi batange (Ambil jamur tinggalkan pohon)
Rimae (artinya):Baya handak kamangate, pehe dia hakun
(Mau enaknya saja, sakitnya tidak mau).

duan: ambil
kulate: jamurnya
ilihi: ditinggal, tinggalkan
batange: kayu, pohon
baya: hanya
handak: mau
kamangate: enaknya
pehe: sakit
dia: tidak
hakun: mau

Lepah anise kuas inganan (Habis manis sepah dibuang).
Rimae (artinya):Amon tege gunae inyayang, amon dia palus inganan.
(Saat berguna disayangi, saat tak berguna dibuang). 

lepah: habis
anise: manisnya
kuas: ampas, sepah
inganan: dibuang
amon: jika, saat, ketika
tege: ada
gunae: manfaatnya, kegunaannya
inyayang: disayang
dia: tidak
palus: langsung
inganan: dibuang


Pepatah-petitih yang lahir sebagai kesimpulan pengalaman angkatan pendahulu oleh Anthony Nyahu disebut sebagai “pandehen utus” (pengokoh ketahanan suku dan bangsa) “melalui teguran ingatan dan kesadaran pada setiap saat dalam mengharungi kehidupan” (gunae kan indu pampingat tuntang parendeng itah hong pambelom sining katika). Dari pepatah-petitih dan ungkapan dalam sebuah bahasa, barangkali bisa terbaca juga keadaan masyarakat pada suatu kurun waktu, mimpi dan nilai-nilai dominan serta romantisme zaman tertentu. Berangkat dari hipotesa begini, saya jadi bertanya-tanya tentang keadaan atau latarbelakang lahirnya ungkapan mengingatkan berikut:
Tempun kajang bisa puat = Tempun uyah batawah belai = Tempun petak manana sare”, “punya atap basah muatan, punya tanah berladang di tepi, punya garam hambar di rasa”.


Kata-kata peringatan ini terpampang dengan huruf-huruf besar di salah sebuah batu Bukit Batu dengan tandatangan Tjilik Riwut, bisa jelas terbaca dari kejauhan. Pertanyaan saya: Apakah keadaan terpinggir begini telah berlangsung lama di Tanah Dayak? Berapa lama, sejak kapan? Tentu ungkapan peringatan begini bukanlah ungkapan baru, tapi sudah berlangsung lama. Mengapa terjadi keadaan terpinggir untuk kurun waktu yang lama, pada katanya manusia Dayak itu adalah “Utus Panarung” (turunan manusia pelaga). Apakah ada perobahan pola pikir dan mentalitas pada Utus Panarung sejak Pertemuan Tumbang Anoi 22 Mei 1894 1), pertemuan yang mengawali kekalahan politik komunitas Dayak? Faktor-faktor apa yang membuat keterpurukan komunitas Dayak berlangsung demikian lama dan sampai sekarang masih belum juga teratasi sekali pun orang pertama propinsi adalah seorang Dayak juga, baik ia bernama Teras Narang, Gara, Reynault Sylvanus atau pun Asmawi A Gani? Apa yang salah?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan begini, agaknya kita niscaya menelusur sejarah Dayak dari masa ke masa, menyimak konsep pemberdayaan dan pembangunan yang dipilih dan diterapkan dari saat ke saat oleh penyelenggara kekuasaan politik propinsi, mencermati kesungguhan keberpihakan yang mengatasinamai pemberdayaan dan pembangunan daerah. Dengan demikian maka belajar bahasa, belajar pepatah-petitih dan ungkapan-ungkapan, barangkali mengandung makna dan meniscayakan kita juga belajar sejarah perkembangan masyarakat, sejarah pemikiran dan nilai-nilai dominan pada suatu kurun waktu. Barangkali dalam kaitannya dengan titik-titik demikian, usaha awal Anthony Nyahu menghimpun pepatah-petitih dan ungkapan bahasa Dayak Ngaju Dayak mempunyai arti yang melampaui sekedar bisa dijadikan isi muatan lokal dalam proses ajar-mengajar di Kalteng (baca: daerah). Titik-titik demikian tentu mengungkapkan diri dalam berbagai sektor, termasuk seni rupa, puisi, dan arsitektur, dan sebagainya. Penanganan khusus arsitektur menjadi fokus perhatian Andriani S. Kusni dalam rangka kajiannya terhadap arsitektur tradisional nusantara. Spesialisasi kajian menandai perkembangan baru dalam usaha melangkah di jalan pemberdayaan dan pembangunan yang oleh Prof. Dr. Sajogyo disebut “Jalan Kalimantan” (Kalimantan bisa digantikan dengan nama pulau-pulau lain).****
Palangka Raya, Mei 2009
—————————–
JJ. Kusni
Catatan:
1). Lihat: JJ. Kusni, “Masalah Etnis Dan Pembangunan. Kasus Dayak Kalimantan Tengah”, PT Paragon, Jakarta ,Agustus 1994, hlm-hlm. 30-38. Kata Pengantar DR. Djohan Effendi.
LAMPIRAN:
PADEHEN UTUS
JETOH GUNAE AKAN INDU PAMPINGAT TUNTANG PARENDENG ITAH
HONG PAMBELOM SINING KATIKA
Dikumpulkan Dan Disusun Oleh
ANTHONY NYAHU
Kahem badue bisa ije
(karam berdua, yang basah satu)
Rimae: Badue manggawi, kabuat nyarena
(berdua melakukannya, sendirian menanggungnya)
kahem: tenggelam, kapal karam
badue: berdua
bisa: basah
ije: satu
manggawi: melakukannya
kabuat: sendirian
nyarena: menanggungnya
 
Tempun kajang bisa puat = Tempun uyah batawah belai = Tempun petak manana sare.
(Memiliki tikar pandan tapi basah dalamnya = memiliki garam tapi tawar rasanya = memiliki tanah tapi mengerjakan pinggirnya)
Rimae: Tempun ramo, oloh mahapae
(memiliki harta tapi orang lain yang memakainya)
tempun:memiliki
kajang: sejenis pandan untuk tikar
bisa: basah
puat: dalamnya
uyah: garam
batawah: tawar
belai: nafsunya, rasanya
petak: tanah
manana: mengurus sawah
sare: pinggir 

Munduk lelep mendeng tambukep
(duduk tergenang, mendeng ....)
Rimae: Saraba sala
(serba salah)
munduk: duduk
lelep: tenggelam, tergenang
mendeng: berdiri
tambukep: .... (mohon pencerahannya)
saraba: serba
sala: salah 

Mahimes ujau ije kapulau
(memanen rebung satu pulau)
Rimae: Oloh hatue je manduan uras oloh bawi ije kalambutan akan sawae
(Pria yang mengambil semua perempuan yang sekandung sebagai istrinya)
mahimes: .... (kurang lebih memanen)
ujau: rebung
ije: satu
kapulau: pulau
oloh: orang
hatue: laki-laki, pria
je: yang
manduan: mengambil
uras: semua
bawi: perempuan
ije: satu
kalambutan: saudara kandung
akan: untuk, sebagai
sawae: istrinya 

Kongkong saran tewang teah belai, antang saran langit bisa belai
(Kodok di tepi sungai merasa kehausan, elang di tepi langit kembung air)
Rimae: Arep je tempon petak danum, oloh beken je manduae
(diri sendiri yang memiliki tanah air, orang lain yang mengambilnya/memanfaatkannya)
kongkong: kodok
saran: di pinggir, di tepi
tewang: tebing, pinggir sungai
teah: haus, kehausan
belai: nafsunya, rasanya
antang: elang
langit: langit
bisa: basah
arep: diri sendiri
je: yang 
tempon: memiliki
petak: tanah
danum: air
oloh: orang
beken: lain
je: yang
manduae: mengambil 
Bapinding rinjing baatei butong
(bertelinga wajan penggorengan berhati ....)
Rimae: Oloh je dia maku mahining peteh oloh bakas
(orang yang tidak mau mendengar petuah orang tua)

bapinding: bertelinga
rinjing: wajan penggorengan
baatei: berhati
butong:
oloh: orang
je: yang
dia: tidak
maku: mau
mahining: mendengar
peteh: pesan, petuah
oloh bakas: orang tua 
Buju-bujur ikoh aso
(Lurus selurus ekor anjing)
Rimae: Tampayahe bahalap padahal pananjaru
(Kelihatannya baik namun sebenarnya pembohong)
buju-bujur: lurus selurus
ikoh: ekor
aso: anjing
tampayahe: kelihatannya
bahalap: baik, bagus
padahal: namun sebenarnya
pananjaru: pembohong
 
Bisa bulue dia belange
(basah bulunya tapi tidak belangnya)
Rimae: Taloh gawi je dia mandinun hasil
(setiap pekerjaan yang tidak menghasilkan) 
bisa: basah
bulue: bulunya
dia: tidak
belange: belangnya
taloh: apapun, setiap
gawi: pekerjaan
je: yang
dia: tidak
mandinun: mendapatkan
hasil: hasil

Baka-bakas bua rangas
(Tua-tua seperti buah rengas = tua-tua keladi)
Rimae: Oloh jadi bakas baya gawie kilau anak tabela
(Sudah tua namun kelakuannya seperti anak muda)
baka-bakas: tua-tua
bua: buah
rangas: rengas, jika terkena getahnya membuat kulit melepuh
oloh: orang
jadi: sudah
bakas: tua
baya: hanya saja, namun
gawie: pekerjaannya, kelakuannya
kilau: seperti
anak: anak
tabela: muda

Karas nyaho jaton ujan
(Keras suara guntur tapi tidak hujan)
Rimae: Are pander jatun katotoe
(Banyak bicara tapi tidak ada buktinya)
karas: keras
nyaho: guntur
jaton: tidak ada
ujan: hujan
are: banyak
pander: bicara
katotoe: buktinya, kesungguhannya
 
Kalah batang awi sampange
(kalah pohon karena banyak dahannya)
Rimae: Nihau tintu je solake tagal panggawi rahian
(melenceng dari tujuan semula apa yang dikerjakannya kemudian)
kalah: kalah
batang: kayu, pohon
awi: karena
sampange: simpangnya, dahannya
nihau: hilang
tintu: arah
je: yang
solake: mulanya
tagal: sebabnya, karena
panggawi: pekerjaannya
rahian: kemudian 
Dia tau pisang handue mamua
(tidak bisa pohon pisang berbuah dua kali)
Rimae: Kabakas tuntang kagancang dia tau haluli akan tampara
(kedewasaan dan juga kekuatan tidak bisa kembali seperti semula)
dia: tidak
tau: bisa
pisang: pisang, dalam kalimat ini konteksnya adalah pohon pisang
handue: dua kali
mamua: berbuah
kabakas: kedewasaan
tuntang: dan juga
kagancang: kekuatan
dia: tidak
tau: bisa
haluli: kembali
akan: ke
tampara: semula, awalnya
Tingang manganderang into bitie
(Burung tingang menabuh di tubuhnya sendiri)
Rimae: Tamam pander baya jaton gawie
(Sombong bicaranya tapi tidak ada kerjanya)
tingang: burung tingang/rangkong
manganderang: menabuh 
into: di
bitie: tubuhnya sendiri
tamam: sombong
pander: bicara
baya: tapi, namun
jaton: tidak ada
gawie: pekerjaannya
Ampit manak tingang
(Burung pipit beranak burung tingang)
Rimae: Oloh je tau menggatang tarung oloh bakase. 
(Orang yang bisa mengangkat martabat orang tuanya)
ampit: burung pipit
manak: beranak
tingang: burung tingang
oloh: orang
je: yang
tau: bisa
manggatang: mengangkat
tarung: martabat
oloh bakase: orang tuanya
Ampit biti, tingang kanderange
(Badannya burung pipit, tapi bunyinya seperti burung tingang)
Rimae: Kutak pander tuntang taloh gawi dia satimbang.
(pekerjaannya dan perbuatannya tidak seimbang/sesuai)
ampit: burung pipit
biti: badannya
tingang: burung tingang
kanderange: tiruan bunyinya, suaranya
kutak:suara
pander: bicara
tuntang: dan juga
taloh: apapun, segala, setiap
gawi: pekerjaannya, perbuatannya
dia: tidak
satimbang: seimbang, sesuai
Jaton tau kambing maobah belange
(Tidak ada yang bisa mengubah belang pada kambing)
Rimae: Jaton ati oloh je tau maobah tabiate
(Tidak ada orang yang bisa mengubah tabiat aslinya)
jaton: tidak ada
tau: bisa
kambing: kambing
maobah: mengubah
belange: belangnya
jaton: tidak ada
oloh: orang
je: yang
tau: bisa
maobah: mengubah
tabiate: tabiat aslinya



Nyamae ewau madu, parae mimbit puntut
(Mulutnya berbau madu, pantatnya membawa puntut....)
Rimae: Oloh ije kotak pander bahalap tapi papa ateie
(Orang yang berkata-kata manis tapi hatinya jahat)
nyamae: mulutnya
ewau: berbau
madu: madu
parae: pantatnya
mimbit: membawa
puntut: .... (mohon pencerahannya)
oloh: orang
ije: yang
kotak pander: berkata-kata
bahalap: bagus, manis
tapi: tapi
papa: kotor, jahat
ateie: hatinya


Handak neweng jaton baliung, handak nyakei tangkalau gantung
(Ingin menebang tapi tidak ada kapak, ingin memanjat tapi terlalu tinggi)
Rimae: Gawi je ngahus, are katapase
(Pekerjaan yang sia-sia, terlalu banyak/selalu saja ada kekurangan)
handak: ingin
neweng: menebang
jaton: tidak ada
baliung: kapak
nyakei: memanjat
tangkalau: terhalang, terlalu
gantung: tinggi
gawi: pekerjaan
je: yang
ngahus: sia-sia, tidak berarti, percuma
are: banyak
katapase: kekurangan, halangan, ketidakmampuan
Neweng kayu hapa pisau, mandirik hapa baliyong
(Menebang pohon menggunakan pisau, membabat menggunakan kapak)
Rimae: Mahapa pakakas dia tumon ekae
(Menggunakan segala alat tidak pada tempatnya)
neweng: menebang
kayu: pohon
hapa: mengunakan
pisau: pisau
mandirik: membabat, memangkas
baliyong/baliung: kapak
mahapa: menggunakan
pakakas: perkakas, alat
dia: tidak
tumon: menurut, sesuai
ekae: tempatnya

Mikeh tapuhus kinyak, tepa buah duhi
(Takut ternoda lumpur, malah terkena duri)
Rimae: Mikeh bara kapehe je kurik, buah kapehe je hai
(Takut pada rasa sakit yang tidak seberapa, malah terkena sakit yang lebih parah)
Mikeh: takut
tapuhus: ternoda, tergosok
kinyak: lumpur
tepa: malah jadinya
buah: terkena
duhi: duri
bara: dari
kapehe: rasa sakit
je: yang
kurik: kecil
hai: besar
Jaton utuse kelep tau mandai
(Tidak pernah ada ceritanya kura-kura bisa naik)
Rimae: Manggawi je dia mungkin
(Mengerjakan yang tidak mungkin)
jaton: tidak ada
utuse: ceritanya
kelep: kura-kura
tau: bisa
mandai: naik
manggawi: mengerjakan
je: yang
dia: tidak
mungkin: mungkin


Inti-intih bua rihat halawu bua ruku
(Memilih-milih buah rihat malah mendapat buah ruku)
Rimae: Mintih je bahalap halawu mandino je papa
(Memilih yang bagus malah mendapatkan yang buruk)
inti-intih: memilih-milih
bua: buah
rihat: ...
halawu: malah jadinya, malah mendapat
bua: buah
ruku: ...
mintih: memilih
je: yang
bahalap: bagus
mandino: mendapatkan
papa: buruk

Jaton pusa nalua laok je langa-langai
(Tidak ada kucing yang membiarkan ikan yang terhantar)
Rimae: Jaton aton oloh je manalua taloh je mangat
(Tidak ada satupun orang yang membiarkan segala sesuatu yang enak)
jaton: tidak ada
pusa: kucing
nalua: membairkan
laok: ikan
je: yang 
langa-langai: terbuka lebar, terhantar
aton: ada
oloh: orang
je: yang
manalua: membiarkan
taloh: segala sesuatu
mangat: enak



Jaton danum tau maleket hunjon dawen kujang
(Tidak ada air yang bisa melekat di atas daun talas)
Rimae: Dia tau mahapan ramo atawa rajaki bua-buah
(Tidak bisa menggunakan harta atau rejeki dengan baik)
jaton: tidak ada
danum: air
tau: bisa
maleket: melekat, lengket
hunjon: di atas
dawen: daun
kujang: talas
dia: tidak
tau: bisa
mahapan: menggunakan
ramo: harta
atawa: atau
rajaki: rejeki
bua-buah: hati-hati, baik
Mamparingkung bawoi lewu, manyeput bawoi himba
(Membuat kurus babi kampung, membuat gemuk babi hutan)
Rimae: Tau/bahalap dengan oloh beken
(Bersikap lebih baik kepada orang lain dibanding keluarga sendiri)
mamparingkung: membuat kurus
bawoi: babi
lewu: kampung
manyeput: membuat gemuk
himba: hutan 
bawoi himba: babi hutan
tau: bisa
bahalap: baik, bagus
dengan: kepada, dengan
oloh: orang
beken: lain
oloh beken: orang lain 


Mamuno lauk talimbas kambues
(Membunuh ikan perlahan sampai merasa mual)
Rimae: Manampa kare gawi barangkah bara wayahe
(Melakukan banyak pekerjaan yang terlambat dari waktunya)
mamuno: membunuh
lauk: ikan
talimbas: perlahan, terlambat
kambues: mual
manampa: melakukan
kare: banyak
gawi: pekerjaan
barangkah: terlambat, perlahan
bara: dari
wayahe: waktunya, musimnya

Laya-laya katam tatame buwu
(Kepiting yang lengah tak sengaja masuk perangkap ikan)
Rimae: Haranan laya, tapajok tame tingkes
(Karena lengah, terperosok masuk jebakan)
laya: lengah
katam: kepiting
tatame: tak sengaja masuk
buwu: perangkap ikan
haranan: karena
tapajok: terperosok, tertuncap
tame: masuk
tingkes: jebakan, pencobaan

Mambelom tingang manutok matae
(Memelihara burung tingang yang kemudian mematuk matanya)
Rimae: Mambelom oloh, jadi sampai katika, ie tulas dengan oloh je mambelom ie’
(Membantu mengurusi orang lain sampai suatu malah ketika dijahati = air susu dibalas dengan air tuba)
Mambelom: menghidupi, memelihara, mengurus
tingang: burung tingang
manutok: mematuk
matae: matanya
jadi: setelah, sudah
sampai: tiba
katika: waktunya
ie: dia
tulas: tega
dengan: kepada
oloh: orang
je: yang



Makang hejan limbah balawo = Manutup rumbak jadi tambohos
(Menutup lubang tapi sudah terperosok)
Rimae: Harue batawat limbah jadi mandino kapehe
(Baru waspada setelah mendapatkan kesakitan)
manutup: menutup
rumbak: lubang
jadi: sudah
tambohos: terperosok
harue: baru
batawat: waspada, hati-hati
limbah: setelah
jadi: sudah
mandino: mendapatkan
kapehe: rasa sakit, kesakitan

Dia katawan kasak kulat
(Tidak diketahui kapan jamur matang)
Rimae: Oloh je dia katawan auh pander saritae kabuat
(Orang yang tidak diketahui ceritanya sendiri)
dia: tidak
katawan: diketahui
kasak: matangnya
kulat: jamur
oloh: orang
je: yang
dia: tidak
katawan: diketahui
auh: katanya
pander: bicaranya
saritae: ceritanya
kabuat: sendiri
Pandang andau jari halemei
(Hari terang tapi sudah sore) 
Rimae: Malalus gawi jari talimbas
(Melakukan pekerjaan yang sudah terlambat)
pandang: terang
andau: hari
jari: sudah
halemei: sore
malalus: melakukan
gawi: pekerjaan
talimbas: terlambat
Mandop bawoi paheka aso = Misi laok palepah umpan
(Berburu babi membuat lelah anjing = Memancing ikan menghabiskan umpan)
    Rimae: Manggawi kare gawi je jaton hasile
    (Melakukan segala pekerjaan tanpa hasil, sia-sia) 
mandop: berburu hewan di hutan menggunakan perangkap, anjing, dan tombak
bawoi: babi
paheka: melelahkan, membuat lelah
aso: anjing
misi: memancing
laok: ikan
palepah: menghabiskan
umpan: umpan
manggawi: mengerjakan
kare: segala
gawi: pekerjaan
je: yang
jaton: tanpa
hasile: hasil
jaton hasile: tanpa hasil, sia-sia

Dus dahian dus nangkarap
(Begitu durian jatuh, langsung diterjang)
Rimae: Oloh je malalus taloh gawie dia imarima helo
(Orang yang melakukan segala sesuatu tanpa memikirkan lebih dulu)
dus: suara benda jatuh atau terlepas
dahian/duhian: durian
nangkarap: diterjang
oloh: orang
je: yang
malalus: melakukan
taloh: segala sesuatu
gawie: pekerjaan
dia: tidak
imarima: memikirkan
helo/helu: lebih dulu
Hong kueh batang lembut hete ie tege
(Di mana kayu muncul, di situ dia ada)
Rimae: Oloh je baya manggau kamangat ih
(Orang yang hanya bisa mencari enaknya saja)
Hong: di
kueh: mana
batang: kayu
lembut: muncul
hete: di situ
ie: dia
tege: ada
je: yang
baya: hanya
manggau: mencari
kamangat: enaknya
ih: saja
Hore-horeh aso tapangkit pinding kolae
(Anjing yang bercanda, tergigit juga telinga sesamanya)
    Rimae: Bara horeh mampalembut kalahi/karidu
    (Dari candaan bisa menimbulkan pertengkaran)
hore-horeh: bercanda
aso: anjing
tapangkit: tergigit
pinding: telinga
kolae: sesamanya
bara: dari
horeh: bercanda, candaan
mampalembut: menimbulkan
kalahi: pertengkaran
karidu: keributan

Anak kambing dia tau manjadi anak haramaung
(Anak kambing tidak bisa menjadi anak harimau)
Rimae: Anak oloh humong dia tau manjadi anak oloh pintar
(Anak bodoh tidak bisa menjadi anak pintar)
dia: tidak
tau: bisa
manjadi: menjadi
haramaung: harimau
rimae: artinya
oloh: orang
humong: bodoh
pintar: pintar, cerdas

Ite anak nanture mananto
(Lihat anak, dilihat menantu)
Rimae: Genep gawi kahandake irima bua-buah.
(Setiap kelakuan hendaknya diartikan dengan baik)
ite: lihat
nanture: dilihat, diperhatikan
mananto: menantu
genep: setiap
gawi: pekerjaan, kelakuan
kahandake: hendaknya, baiknya
irima: diartikan
bua-buah: baik-baik, hati-hati

Inti-intih bua rihat
Rimae: Handak mendinum je bahalap dia katawa dinun je papa
Antang tarawang manari, manok hadari manyahukan
(elang terbang menari, ayam berlari bersembunyi)
Rimae: Amon dumah pangawas bara hunjun, uras pagawai bagawi intu eka ewen. 
(Jika datang pengawas dari atas, semua pekerja bekerja di tempatnya)
antang: elang
tarawang: terbang
manari: menari
manok: ayam
hadari: berlari
manyahukan: bersembunyi
amon: jika
dumah: datang
pangawas: pengawas
bara: dari
hunjung: atas
uras: semua
pagawai: pegawai, pekerja
bagawi: bekerja
intu: di
eka: tempat
ewen: mereka 
Panginan antang dia akan kinan munyin
(makanan elang tidak akan dimakan musang)
Rimae: Rajaki itah dia akan induan oloh beken.
(rejeki kita tidak akan diambil orang lain)
panginan: makanan
antang: elang
dia: tidak
akan: untuk
kinan: dimakan
munyin: musang, luwak
rajaki: rejeki
itah: kita
dia: tidak
akan: untuk 
induan:diambil
oloh beken: orang lain
 
Hong kueh tingen lepah hete apoi belep
(di mana ilalang habis, di situ api mati)
Rimae: Into kueh itah matei into hete ingubur.
(Di mana kita meninggal, di situ pula kita dikuburkan)
hong: di
kueh: mana
tingen: rumput ilalang
lepah: habis
hete: di situ
apoi: api
belep: mati, padam
into: di
kueh: mana
itah: kita
matei: mati, meninggal
into: di 
hete: situ
ingubur: dikuburkan 
Mausik apoi balupak
(bermain api bisa terkena luka bakar)
Rimae: Genep gawi aton akibate
(Setiap hal ada akibatnya)
mausik: bermain
apoi: api
balupak: kulit melepuh, luka bakar
genep: setiap
gawi: perbuatan
aton: ada
akibate: akibatnya 
Kahandak atei handak dimpah, jukung tege besei jatun
(Keinginan hati ingin menyeberang, perahu ada dayung tidak ada)
Rimae: Handak bagawi tapi pakakas jaton
(ingin bekerja tapi peralatannya tidak ada)
kahandak: kehendak, keinginan
atei: hati
handak: ingin 
dimpah: menyeberang
jukung: perahu kecil
tege: ada
besei: dayun
jatun: tidak ada
handak: ingin
bagawi: bekerja
tapi: tapi, namun
pakakas: alat, peralatan
jaton: tidak ada 
Atei bagatel mate inggayau
(Hati yang gatal, mata yang digaruk)
Rimae: Oloh je dia ulih manggawi taloh gawie je puna iharape.
(Orang yang tidak bisa melakukan segala sesuatu yang sebenarnya diharapkan)
atei: hati
bagatel: gatal
mate/mata: mata
inggayau: digaruk
oloh: orang
je: yang
dia: tidak
ulih: mampu, bisa
manggawi: mengerjakan
taloh: setiap, apapun
gawie: pekerjaan
je: yang 
puna: harusnya, sebenarnya
iharape: diharapkannya
Manakau atei oloh.
(Mencuri hati orang)
Rimae: mangat oloh manyinta dengae benye-benyem tuntang halus.
(Agar orang mencintainya diam-diam dan halus)
manakau: mencuri
atei: hati
oloh: orang
mangat: agar
oloh: orang
manyinta: mencintai
dengae: dengannya
benye-benyem: diam-diam
tuntang: dan juga
halus: halus
Babilem inyewut baputi, baputi inyewut babilem
(Hitam disebut putih, putih disebut hitam)
Rimae: Bahalap inyewut papa, papa inyewut bahalap; dia mander ije katutu/pananjaru
(Bagus dibilang kotor, kotor dibilang bagus; tidak bicara yang sebenarnya/pembohong)
babilem: hitam
inyewut: disebut, dibilang
baputi: putih
bahalap: bagus
papa: kotor
dia: tidak
mander: mengatakan, bicara
ije: yang, satu
katutu: kesungguhan, sebenarnya
pananjaru: pembohong
Keleh babilas bara babute
(lebih baik buta daripada buta)
Rimae: Keleh aton bara jaton sama sinde
(lebih baik ada daripada tidak ada sama sekali)
keleh: lebih baik
babilas: buta, tidak bisa melihat tapi masih punya mata
bilas: buta
bara: daripada
babute: buta, tidak ada mata sama sekali
keleh: lebih baik
aton: ada
bara: daripada
jaton: tidak
sama: sama
sinde: sekali 
Lalau papoi tatepa bakeho
(Terlalu dibakar jadinya malah terbakar)
Rimae: Eweh bewei je lalau mampagantung arep, kajaria manjatu kea.
(siapapun yang terlalu meninggikan diri, pada akhirnya jatuh juga)
lalau: terlalu
papoi: dibakar
tatepa: jadinya malah
bakeho: terbakar 
eweh: siapa
bewei: pun, selalu, hanya, sama sekali, saja
je: yang
lalau: terlalu
mampagantung: meninggikan
arep: diri sendiri
kajaria: pada akhirnya
manjatu: jatuh, terjatuh
kea: juga 

Kuman bari angat bulu, mihop danum angat duhi
(Makan nasi rasa bubuk sekam, minum air rasa duri)
Rimae: Pangkeme pehe atei je tamam toto awi are je dia manyanang.
(Perasaan sakit hati yang terlalu hebat karen banyak hal yang tidak menyenangkan)
kuman: makan
bari: nasi
angat: rasa
bulu: bubuk sekam, dedak, makanan ternak
mihop: minum
danum: air
angat: rasa
duhi: duri
pangkeme: perasaan
pehe: sakit
atei: hati
je: yang
tamam: hebat, sombong
toto: sangat, terlalu
awi: karena
are: banyak
je: yang
dia: tidak 
manyanang: menyenangkan

Antang tempon tandak, sabaru tempon talatak
(elang yang memiliki semak, bangau yang memiliki pangkal bulu unggas)
Rimae: Itah tempon aran, oloh beken je mangkeme kamangate
(Dengan nama kita, orang lain yang menikmati hasilnya)
antang: elang
tempon: yang memiliki
tandak: semak, rumput
sabaru: bangau sulah (bangau besar dengan kepala botak)
tempon: yang memiliki
talatak: pangkal bulu unggas
itah: kita
tempon: yang memiliki
aran: nama
oloh beken: orang lain
je: yang
mangkeme: merasakan
kamangate: kenikmatannya, hasil nikmatnya 
Batekang kilau batu, gantung kilau langit
(Keras seperti batu, tinggi seperti langit)
Rimae: Batekang ateie
(Keras hatinya)
batekang: keras
kilau: seperti
batu: batu
gantung: tinggi
kilau: seperti
langit: langit
batekang: keras
ateie: hatinya 


Ali-alim bawang, padahal paham bahewau
(Baik-baik bawang, padahal sangat bau)
Rimae: Oloh je tampayahe panyuni, padahal balinga. 
(Orang yang kelihatannya pendiam, padahal cakap)
ali-alim: alim, baik
bawang: bawang
padahal: padahal, sebenarnya
paham: sangat, parah
bahewau: bau
oloh: orang
je: yang
tampayahe: kelihatannya
panyuni: pendiam
padahal: padahal, sebenarnya
balinga: cakap, ganteng, tampan
Tambohos pai tau injawut, tambohos pander bahali nangkaluli
(Kaki terperosok masih bisa ditarik, ucapan yang kebablasan sulit dikembalikan lagi)
Rimae: Pander je jadi ingutak dia mungkin tau injawut
(Kata-kata yang sudah diucapkan, tidak mungkin bisa dicabut) 
tambohos: terperosok
pai: kaki
tau: bisa
injawut: dicabut, ditarik
pander: ucapan 
bahali: sulit
nangkaluli: dikembalikan, dicabut lagi
je: yang
jadi: sudah
ingutak: diucapkan, dikatakan
dia: tidak
mungkin: mungkin
tau: bisa
injawut: dicabut, ditarik
Betung bulat jatun lapake, ampit jagau dia basarangan
Rimae: Oloh je lapas-liwus pambelume

Baatei butung badaha danum
Rimae: Oloh je jaton pangkeme/perasaan
Ije gawang intu itah, ije depe intu oloh
Rimae: Masalah je korik akan itah, tapi puna hai akan oloh.
Babilem bulu Kak awi oloh bawi barapi
Rimae: Manyuman kakare bawi je puna are.
Kahem dia badanum
(karam tapi tidak berair)
Rimae: Dinon musibah jaton katawan buku sababe.
(mendapat musibah tanpa tahu apa penyebabnya)
Tekap sambil tekap gantau
(Pegang kiri pegang kanan)
Rimae: Oloh je badaham
(Orang kikir)
tekap: pegang, tepuk
sambil: kiri
gantau: kanan
oloh: orang
je: yang
badaham: kikir, pelit
 


Akan ngaju dia kuman manok, akan ngawa dia kuman tabuan 
(Ke atas tidak makan ayam, ke bawah tidak makan pergam)
Rimae: Kare rancana uras dia bahasil atawa jaton bara tinto, uras sala’
(Segala rencana semuanya tidak berhasil atau tidak jelas, semua salah) 
akan: ke
ngaju: atas, hulu
dia: tidak
kuman: makan
manok: ayam
akan: ke 
ngawa: bawah, hilir
dia: tidak
kuman: makan
tabuan: pergam (???)
kare: segala
rancana: rencana
uras: semuanya
dia: tidak
bahasil: berhasil
atawa: atau
jaton: tidak
tinto: arah, jelas
uras: semua
sala: salah 

Aku raja aku tamanggung aku damang
Rimae: Dia maku marandah arep awi keme arepe oloh hai.

Duan kulate ilihi batange
Rimae: Baya handak kamangate, pehe dia hakun

Helo nupi bara batiroh
(Duluan mimpinya dari tidurnya = Belum tidur sudah bermimpi)
Rimae: Sahelo masalah jete lembut, ie jadi tawan
(Sebelum masalah itu muncul, dia sudah mengetahuinya)
helo: duluan
nupi: mimpi
bara: dari
batiroh: tidur
sahelo: sebelum
masalah: masalah
jete: itu

lembut: muncul
ie: dia
jadi: sudah
tawan: mengetahuinya, tahu

Lepah anise kuas inganan
Rimae: Amon tege gunae inyayang, amon dia palus inganan.
Halaku dia hatenga, hapili dia hajual
(Saling meminta tapi tidak saling memberi, saling membeli tapi tidak saling menjual)
Rimae: Kaadaan je sama, jaton je labih.
(Keadaan yang sama, tidak ada yang berlebihan)
halaku: saling meminta
dia: tidak
hatenga: saling memberi
hapili: saling membeli
dia: tidak
hajual: saling menjual

kaadaan: keadaan
je: yang
sama: sama
jaton: tidak ada
je: yang
labih: berlebih, berlebihan
(Dokumentasi: Andriani S. Kusni dan JJ.Kusni)



http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2009/05/05/pepatah-petitih-dan-ungkapan-ungkapan-bahasa-dayak-ngaju-kalimantan-tengah/
*Ada beberapa tambahan, jika menemukan kesalahan atau tulisan kurang tepat, mohon pencerahannya. Kritik dan saran akan sangat diterima.